Ayah sudah sepuh. Selain pendengaran yang sudah kurang, ayah juga sudah rabun akibat penuaan dirinya.
Menghabiskan masa tuanya ayah memilih bertempat tinggal nun jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota, yakni di Kampung Baringin, Lingkungan VII, Kelurahan Sangkunur, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Semua anak, cucu dan menantunya tidak tinggal berdekatan. Alhasil ayah hidup sendirian bersama family.
Saat ini dia tidak bekerja lagi, melainkan sehari-harinya menghabiskan untuk istirahat, silaturrahim dengan family dan keluarganya serta menghabiskan untuk beribadah.
Karena penyakit penuaan, sesekali darah tinggi dan asam uratnya naik. Jika kambuh, dia hanya berpaya dengan bidan desa dari sangkunur. Tak pelak, beberapa dokter yang ditawarkan selalu ditolaknya. Apalagi jika sang dokter tidak menyuntik, ayah tidak akan percaya.
Di hari raya Idul Adha 1434 H lalu, penyakit ayah kambuh, kami semua panik. Saat penyakitnya kambuh jelang sholat Subuh waktu kami berkunjung ke Kampung Napa, Kecamatan Batangtoru di tempat menantu tertuanya.
Kami memanggil bidan desa, setelah memeriksa kondisinya, ayah divonis dokter kumat darah tingginya berkisar 160/80. Karena darah tingginya terlalu tinggi, sang bidan tidak berani menyuntik, melainkan hanya memberikan obat penurun darah.
Sang ayah yang terbiasa di suntik ini memang tidak percaya dan paginya meminta pulang untuk berobat ke bidan desa Simanungkalit di Baringin. Terangnya saja usai disuntik dan minum obat, 3 jam setelahnya ayah sudah sehat kembali dan langsung beraktifitas beribadah.
Terima kasih Bu Bidan Simanungkalid.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semua komentar yang bernada menghasut, sara dan memfitnah serta tidak sesuai dengan norma agama dan bangsa akan dihapus.
Komentar menjadi tanggung jawab pembuat komentar, pemilik blog tidak bertanggung jawab atas isi komentar tersebut. terima kasih